Rabu, 01 Februari 2012

Batasan Berfikir Manusia masa Kini

Catatan ringan oleh Ninin Herlina

Seorang pemikir terkadang menghabiskan kesehariannya dalam kesendirian,,,menarik diri dari hiruk pikuk kehidupan, melihat segala dinamika secara holistic, comprehensive

karena ketika ia tidak menarik diri dan terus berada didalamnya, maka akan sulit menemukan pemaknaan gerak kehidupan secara holistic, maka pendefinisian akan dilakukan dalam tataran pemaknaan yang dangkal,,,bahkan bisa jadi ia tidak sempat memikirkan untuk menghasilkan pemaknaan,,,karena kehidupan praktis justru menantang manusia untuk menang mempertaruhkan materi kehidupan,,,

Banyak pemikir yang tidak memiliki mal yang berlimpah,,tp kekyaan pemikirannya justru harta yang tak mampu dikalkulasi dengan materi kehidupan.

Aku masih kurang paham sebenarnya maksud Michel Foucoult menjabarkan “kembalinya Moral melalui Seks”,,tapi pendefinisiannya aku anggap kerap dihadapi semua insane, meski bukan dalam pemaknaan yang sempurna,,,karena memang pergulatan manusia saat ini adalah action semata,,sehingga luput daripda penggalian esensinya,,,

Padahal, bagi pemikir semua gerak memberi definisi yang tersirat, sehingga benar kiranya dalam kitab petunjuk disebutkan bahwa Tuhan tidak pernah menyia-nyiakan usaha maupun doa hamba-Nya…semua memiliki nilai, namun sejauh mana hari ini kita mampu memberi penilaian terhadap gerak keseharian kita??

Bagaimana nilai kegiatan kita setiap harinya??apakah kalkulasinya hanya terhitung ketika kita mampu menhadirkan suatu prestasi yang dipuji oleh semua orang,,,apakah ketika kita sudah menghasilkan banyak materi dalam keseharian kita??, atau apakah ketika kita menjadi kebanggaan karena hasil karya yang mengagumkan???,,,

How can we appreciate ourself??

Aku ingin tahu bagaimana Kahlil Gibran menilai dirinya disaat kesendiriannya,

Aku ingin tahu bagaimana plato merenung dalam menilai dirinya dengan kesendirian

Aku ingin tahu bagaimana Aristoteles bahkan Micheal Foucoult menilai dirinya sebagai manusia yang bisa berfikir dengan kesendiriannya???

Bahkan Al-Ghazali juga menilai diri dengan kehati-hatiannya berfikir dan bergulat dalam penghambaan yang sempurna itu juga dilakukan dalam kesendirian, dan aku ingin tahu bagaimana ia menilai dirinya…

Kembali dengan bahsa dalam kitab petunjuk, bahwa memang tak ada yang sia-sia dan luput dalam penilaian Tuhan segala sesuatu yang terjadi di bumi dan dilangit. Aku menemukan bahwa esensi kehidupan semua terhitung oleh Dia yang perhitungannya begitu cepat. 

Konsep kehidupan yang aku nikmati saat ini adalah orang-orang disibukkan dengan label status social kehidupan, sehingga wacana bahkan penilaian untuk kehidupan hanya dibatasi dengan status social saja,,,apakah ia sudah patut dikatakan manusia berfikir, apakah ia sudah menjadi khalifah yang memberi pendefinisian tentang nilai kehidupan, apakah ia sudah beramal karena suatu ibadah atau nilai kasihan bahkan kesombongan social,,,apakah hokum gerak usaha adalah kekuatan mutlak manusia dalam mencapai kesuksesan…apakah semua kesuksesan akan diterjemahkan dengan pelabelan manusia2 bumi,,,,dengan titel2 ciptaan manusia didunia…

Aku menyatakan IYA,,,,karena itulah yang kusaksikan saat ini,,,,tapi aku yakin,,,upaya Einstein menemukan teori relativitas bukan supaya disebut seorang ilmuwan, Newton menemukan teori gravitasinya juga bukan karena ingin dipandang sebagai penemu,,,bahkan Aristoteles,,,dan semua pemikir lainnya jauh daripada status social yang diagung2kan pada masa itu,,,semua mereka lakukan karena mereka memahami diri sebagai makhluk yang berfikir dan hidup,,,itu artinya mereka terus mencari dan menggunakan pemikirannya,,,berfikir sejauh-jauhnya bahkan dengan hasil pemikiran yang tidak bisa dimengerti oleh teman pada masanya,,,tapi pergulatan pemikiran yang jauh membuat mereka menghasilkan karya,,,dan itu sesungguhnya adalah sunnah kehidupan, pada dasarnya itu adalah pemknaan akan kehidupan, flashback lagi dengan realita; berkarya untuk dicinta, berkarya untuk dipuja, berkarya untuk harta,,,atau karena apa???....

Kebisuan Micheal Foucoult menamakan dirinya atas apapun adalah satu bukti bahwa ia adalah salah satu pemikir yang tidak mau disibukkan dengan label2 atau titel2,,,,ia menguasai sejarah, filsafat, psikologi, psikiatri, logika, social, politik, budaya bahkan hampir seluruh konsep keilmuan, tapi ia menantang untuk disebut sebagai seorang ilmuwan, sejarahwan, filsuf, psikolog, sosiolog,,,bukan itu esensi yang ingin diraihnya,,,dan tidak penting manusia lain mengenalnya dengan labelan2 yang demikian itu,,,,tapi apakah kita sudah sepaham atau sudah mencapai klimaks pemikirannya yang terkadang ganjil, tidak familiar bahkan terkesan ngaur, dan sebaliknya terkadang kita langusng mengagumi pemkirananya karena kita lagsung sepaham dengan pendefinisannya,,,

Itulah kenyataan yang berbanding terbalik saat ini, pemikir terdahulu tidak pernah membatasi diri ingin menjadi akademisi, praktisi, dan sebagainya, tapi mereka terus menggunakan pemikirannya untuk memakanai hakikat kehidupan bumi, sehingga tanpa mengagungkan diri sebagai khalifah tapi mereka sudah berhasil memakmurkan kehidupan dengan konsep keilmuannya,

Mereka tidak membatasi diri hanya ingin menjadi filsuf, tapi filsafat itu adalah bagian dari cara mereka untuk terus berfikir dan menemukan pemaknaan yang sistematis. Masihkah aku harus sibuk membatasi diri dari memahami hidup hanya dengan konsen pada beberapa hal saja???,,,bagaimana para manusia saat ini hanya memahami kehidupan dengan konsen yang begitu dangkal…maka benar semakin jauhlah dunia saat ini dari pemikir2 handal,,,karena semua terbatasi hanya dengan beberapa literature yang dikuasainya,,tanpa mau berfikir seluas-luasnya dan cenderung menutup diri dari hal2 lain karena lagi2 kembali dihantui dengan konsen keilmuan yang bersifat pencarian status social semata,,,bukan esensi yang mutlak dari pemaknaan hidup sebagai manusia yang berfikir dan berkarya…

Masihkah harus ada pertanyaan berkarya untuk siapa??

Atau masihkan harus ada jawaban berbuat untuk umat,,,,tak penting sama sekali pertanyaan dan jawaban tersebut, karena semua akan bersatu dalam satu makna ketika diri mampu terus actual dan peka terhadap reaksi kehidupan.

1 komentar:

Semua itu karena orientasi manusia sekarang ini cenderung kepada materialisme sehingga melupakan hal-hal yang lebih tinggi nilainya seperti idealisme dan nilai-nilai spirituaL

Posting Komentar