Minggu, 29 Januari 2012

Kajian Post Moderenisme pada Novel "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck"

Makalah ini diperesentasikan pada mata kuliah Teori dan Apresiasi Sastra, yang diasuh oleh Dr. Novi Anoegrajekti, M. Hum dan Dr. Nuruddin. Isinya mengkaji tentang Post Moderenisme dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, karya Buya Hamka. Berikut kutipan singkatnya:

A. Pendahuluan

Tepat pukul 15.30, tanggal 15 Juli 1972, kompleks bangunan perumahan Pruitt Igoe St. Louis, Missouri, diledakkan. Kompleks bangunan yang dirancang dengan konsep arsitektur modern ortodoks oleh arsitek Jepang, Minoru Yamasaki pada tahun 1950 itu diledakkan karena dianggap sudah tidak lagi fungsional. Kerusakan konstruksi, pencurian listrik dan air, tunggakan kontrakan yang besar, vandalisme graffiti, wall painting dan pornographic painting yang dilakukan para penghuninya dianggap sudah kelewat batas.

Hancurnya bangunan Pruitt Igoe yang merepresentasikan konsep arsitektur modern dengan karakter ruang isotropis, homogen, monoton, anti-ornamen, anti-metafor, anti-humor, mono-simbolik, dan berestetika mesin sekaligus menandai kematian era arsitektur modern dan segera lahirnya sebuah era baru: era arsitektur postmodern. Arsitektur postmodern, yang disuarakan oleh Charles Jenks, Heinrich Klotz dan Robert Venturi, hanyalah salah satu interpretasi wacana estetis-filosofis yang saat itu sedang membentuk dirinya: postmodernisme. 

Postmodernisme adalah wacana kesadaran yang mencoba mempertanyakan kembali batas-batas, implikasi dan realisasi asumsi-asumsi modernisme; kegairahan untuk memperluas cakrawala estetika, tanda dan kode seni modern; wacana kebudayaan yang ditandai dengan kejayaan kapitalisme, penyebaran informasi dan teknologi secara massif, meledaknya konsumerisme, lahirnya realitas semu, dunia hiperrealitas dan simulasi, serta tumbangnya nilai-guna dan nilai-tukar oleh nilai-tanda dan nilai-simbol.


0 komentar:

Posting Komentar